Sekalipun dengan kemuliaan sepuluh hari-hari ini, ketinggian kedudukannya, kebesaran pahala amal shaleh di dalamnya dan bahwasanya amalan-malan pada hari tersebut lebih besar pahalanya daripada di bulan lain, namun demikian -bersamaan dengan segala kelebihan itu semua- engkau melihat lemahanya semangat pada sebagian besar kaum muslimin, kemalasan dalam beramal shalih, berpaling dari semangat dan kesungguhan, dan lambatnya dorongan dalam hal itu. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal-hal di atas memiliki sebab yang akan saya sebutkan sebagiannya dalam kesempatan ini, supaya kita bisa menjauhinya, dan memanfaatkan kesempatan pada momentum dengan maksimal. Maka di antara sebab-sebab tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dosa dan maksiat.
Maka betapa banyak dosa-dosa mencegah dari perbuatan ketaatan? Dan betapa banyak dia menghalangi antara seorang hamba dengan ibadah? Bukankah banyak dari kalangan kaum muslimin yang mengetahui keutamaan hari-hari itu? Bukankah telah jelas bagi mereka kedudukan hari-hari tersebut? Maka kenapa ada kemalasan dalam melakukan amalan-amalan shalih ini.
Sesunggunya jawabannya jelas, yaitu dosa-dosa dan maksiat yang menghalangi manusia dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala (dan termasuk rahmat Allah adalah taufiq (kemudahan) untuk melakukan amal shalih). Dan telah turun kepada kalian, wahai saudaraku kaum muslimin sepuluh keberkahan (10 hari di awal Dzulhijjah), maka perbaruilah taubat di dalamnya supaya anda berhak menjadi orang yang diberi kemudahan untuk berbuat ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya dosa-dosa memiliki dampak yang besar dalam menghalangi manusia darinya (ketaatan). Suatu ketika datang seseorang kepada al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan berkata kepadanya:”Wahai Abu Sa’id, aku telah menyiapkan air wudhu untuk qiyamullail (shalat malam) tetapi aku tidak bisa bangun !!”Maka al-Hasan rahimahullah berkata kepadanya:”Dosa-dosamu mengikatmu (menghalangi dari melakukan shalat malam.”
Maka dosa-dosa adalah sebab untuk setiap hal yang menghalangi ketaatan (kepada Allah). Maka hendaklah setiap orang waspada terhadapnya, dan lihatlah keadaan orang-orang yang istiqomah di atas ketaatan, bagaimana keadaan antara mereka dengan puasa, shalat, dzikir dan do’a-do’ mereka, padahal anda dijauhkan dari kebaikan-kebaikan ini, dan seandainya engkau memeriksa, dan menelitinya engkau akan mengetahui bahwasanya hal tersebut (jauhnya dirimu dari ketaatan) tidak lain hanyalah datang dari dirimu sendiri. Maka sekali lagi perbaruilah taubatmu hari ini, dan lihatlah pengaruh yang besar darinya.
2. Tidak mengetahui keutamaan hari-hari tersebut.
Sekalipun dengan tersebarnya kebaikan dan sampainya kebaikan tersebut ke seluruh penjuru dunia, dengan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan apa yang dia mudahkan buat manusia berupa sarana informasi, hanya saja masih ada sebagian kalangan dari kaum muslimin yang berada dalam ketidaktahuan terhadap keutamaan hari-hari tersebut (10 hari awal Dzul hijjah), atau mereka tidak megetahui dengan baik nilai hari-hari , oleh sebab itu timbul sikap meremehkan hari-hari itu dari mereka. Dan di sinilah kewajiban juru dakwah ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjelaskan keutamaan hari-hari tersebut dan kedudukannya di sisi Allah lewat khutbah-khutbah, kajian-kajian dan ceramah-ceramah di masjid-masjid mereka supaya tergerak hati-hati mereka untuk melakukan ketaatan-ketaatan di momen yang penuh berkah ini. Sebabagaimana dalam hadits:
(ومن دل على هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه)
”Dan barang siapa yang menunjukkan kepada jalan hidayah, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya.” 
3. Panjang angan-angan.
Sesungguhya termasuk salah satu hal paling besar yang membinasakan manusia adalah panjang angan-angan, dan menganggap jauhnya kematian, yang hal itu menjadikan manusia menunda-nunda dari beramal shalih, tidak bersegera melakukannya, dan dia mengira bahwa dia bisa saja menggantinya di hari lain. Maka binasalah dia sebinasa-binasanya, dan menyia-nyiakan momentum yang baik ini. Seandainya dia melihat dengan pandangan inshaf (pertengahan) dan keadilan, pasti dia akan mendapatkan bahwasanya perkara itu lebih cepat dari semua hal. ‘Aun bin ‘Abdullah rahimahullah berkata:”Betapa banyak orang yang menjalani suatu hari, dia tidak bisa menyempurnakannya! Betapa banyak orang yang menunggu hari esok, dia tidak menjumpainya, seandainya anda melihat kepada ajal dan perjalanannya, pasti anda akan membenci angan-angan dan kelalaian.”
Apabila anda mencermati siroh (perjalanan) salaf yang indah, anda akan menemukan pada mereka sedikitnya angan-angan yang membuat mereka bersegera memanfaatkan waktu-waktu mereka seluruhnya untuk ketaatan, lebih-lebih pada momen-momen kebaikan. Inilah Sa’id bin Jubair rahimahullah, kebiasaan beliau apabila memasuki sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah maka hampir tidak ada bandingannya, dikarenakan besarnya semangat dan kesungguhannya memanfaatkan hari-hari tersebut.
Maka ingatlah wahai orang-orang yang panjang angan-angan, bahwa urusan hidup dan mati anda bukan di tangan anda, akan tetapi ia hanyalah ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan betapa banyak engkau ketahui dari orang-orang yang hidup dalam kondisi sehat wal afiat dijemput kematian pada saat dia lalai. Maka pujilah Allah (bersyukurlah) karena Dia menyampaikan anda kepada momen yang penuh berkah ini, dan bersunguh-sungguh dan semangatlah untuk mengisinya dengan amal shalih.
4. Sedikitnya bantuan.
Sesungguhnya sekalipun adanya kebaikan di masyarakat dan banyaknya orang-orang yang taat dari para pengikut agama yang mulia ini, hanya saja berpaling dari ketaatan pada momen-meomen sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah adalah salah satu tanda yang nampak pada sebagian besar kaum muslimin. Dan berjama’ah memiliki pengaruh yang besar dalam melakukan amal ketaatan, oleh sebab itu datang nash-nash syari’at yang memerintahkan untuk berjama’ah dalam beberapa banyak amalan ibadah, sesuatu yang bisa memberikan kemudahan (dalam melakukannya). Oleh sebab itu, termasuk bentuk nasehat di dalam rumah tangga adalah tolong menolong di dalam ketaatan, dan termasuk nasehat terhadap sesama kaum muslimin adalah tolong menolong di dalam ketaatan dan menyebarkan kebaikan di antara mereka. Perhatikanlah keadaan orang-orang sebelum kita, dan bagaiamana mereka saling tolong-menolong di dalam ketaatan.
Dari Abu ‘Utsman al-Hindi rahimahullah berkata:”Aku bertamu di rumah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu selama tujuh hari, maka kebiasaan beliau, istrinya dan pembantunya bergiliran pada malam hari menjadi 3 giliran, yang ini shalat setelah itu, membangunkan yang lain, kemudian dia shalat lalu membangunkan yang lainnya lagi.” (Siyar A’laamin Nubala 2/609)
Dahulu al-Hasan bin Shalih, saudaranya ‘Ali dan ibunya saling tolong-menolong dalam ibadah pada malam dan siang hari, baik shalat, maupun puasa. Maka ketika ibunya meninggal keduanya saling tolong-menolong dalam shalat malam dan puasa, dan ketika ‘Ali meninggal al-Hasan shalat malam sendiri. Dan beliau dijuluki “ular lembah”, maksudnya orang yang tidak tidur malam. (Hilyatul Auliyaa’ 7/328 dengan sedikit perubahan).
Maka bekerja samalah anda dan anggota keluarga anda di dalam ketaatan, dan jika semangatmu naik, maka jadilah penolong dan pembantu anggota lingkungan anda untuk membantu mereka di dalam ketaatan pada hari-hari yang penuh berkah ini (10 hari awal Dzulhijjah)
5. Banyaknya fitnah dan godaan.
Betapa banyak fitnah telah memalingkan kaum muslimin dari memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang baik pada hari-hari tersebut, dan mungkin saya akan menyebutkan sebab yang paling besar dalam memalingkan manusia dari hari-hari tersebut, yaitu sarana informasi dengan segala salurannya (TV, internet dll). Maka dari itu wajib bagi setiap orang yang berakal untuk menjadi penasehat bagi dirinya sendiri, dan waspada terhadap bahaya dan dampak buruk sarana-sarana tersebut terhadapnya, khusunya pada hari-hari ini. Tinggalkanlah hal-hal yang tidak bermanfaat pada hari itu, sekalipun hal itu mubah, supaya kita bisa berkosentrasi dalam beribadah dan melakukan taqqarub, dan hari-hari itu adalah hari-hari yang sedikit dan hampir-hampir akan segera berakhir.
Dan sebagai motivasi bagi kita semua untuk memanfaatkan momen sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah maka –dengan izin Allah- kami ketengahkan beberapa faidah/keutamaan dari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Maka –wa billahi at-taufiq- kami katakan:

KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ  {روى البخاري في صحيحه}
“Tidak ada suatu hari di mana amal shalih pada hari itu lebih dicintai Allah dibandingkan beramal pada hari-hari ini -maksud beliau adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah- .Sahabat bertanya:’Wahai Rasulullah, sekalipun amalan itu jihad fi sabililah?’Beliau menjawab:’Ya, walaupun jihad fi sabililah, kecuali seseorang yang pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak pulang (dari jihad itu) dengan membawa suatu apapun.”(HR.Al-Bukhari)
Keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah:
1.Allah Ta’ala bersumpah dengannya (sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah), dan bersumpah menggunakan sesuatu menunjukan arti penting dan besarnya manfaat hal tersebut.Allah Ta’ala berfirman:
{وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ} [الفجر: 1، 2]
“Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh.” (QS.Al-Fajr:1-2)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Ibnu Zubair, Mujahid rahimahullah dan banyak dari kalangan salaf maupun khalaf berkata:” Sesungguhnya itu adalah sepuluh hari dzulhijjah.” Ibnu Katsir rahimahullah berkata:”ini adalah pendapat yang benar.” (tafsir Ibnu katsir)
2.Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyaksikan bahwa hari-hari tersebut adalah hari-hari terbaik sebagaimana hadits di atas.
3. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi untuk beramal shalih di dalamnya, karena kemuliaan waktu tersebut.
4.Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan takbir pada hari-hari tersebut, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ، وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ ، وَالتَّكْبِيرِ ، وَالتَّحْمِيدِ. أخرجه أحمد 7/224 وصحّح إسناده أحمد شاكر
 Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau berkata:’Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak juga amal shalih di dalamnya lebih dicintai-Nya melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah di dalamnya tahlil (laa ilaha illallahu),takbir, dan tahmid.” (HR.Ahmad dan sanadnya dishahihkan oleh syaikh Ahmad Syakir)
5.Di dalamnya ada hari Arafah dan itu adalah hari yang disaksikan, di mana Allah menyempurnakan agama itu pada hari itu dan puasanya menghapus dosa dua tahun.
6. Di dalamnya ada hari nahr (menyembelih Qurban) pada tanggal 10 yang itu adalah hari yang paling agung secara mutlak sepanjang tahun
7.Di dalamnya ada haji akbar yang di dalamnya terkumpul berbagai macam ketaatan dan ibadah yang tidak terkumpul pada hari selainnya.
Tugas seorang muslim pada hari-hari tersebut.
Sesungguhnya mendapati hari-hari tersebut adalah salah nikmat yang besar dari sekian banyak nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Dan wajib atas setiap muslim untuk merasakan nikmat besar ini, dan memanfaatkan kesempatan ini. Hal itu dengan cara mengkhususkan sepuluh hari ini dengan perhatian yang lebih dan lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan. Dan sesungguhnya yang merupakan kemurahan dari Allah terhadap hambaNya adalah banyaknya jalan kebaikan, dan bermacam-macamnya jalan ketaatan, supaya seorang muslim tetap semangat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Amalan-amalan di hari-hari ini
Adapun amalan-amalan utama yang hendaknya seorang muslim bersemangat untuk melakukannya pada hari-hari tersebut adalah:
1.Berpuasa
Disunahkan bagi seorang muslim untuk berpuasa tanggal 9 pada bulan tersebut. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi kita untuk memperbanyak amal shalih pada sepuluh hari tersebut dan puasa salah satu amalan yang utama, Allah Ta’ala telah memilihnya untuk diri-Nya sendiri sebagaimana dalam hadits qudsi Allah berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ .أخرجه البخاري 1805”.
“Seluruh amalan anak Adam untuk dirinya sendiri kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku Akulah yang akan membalasnya”(HR.al-Bukahri 1805)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari tersebut, dari Hunaidah bin Khalid dari Istrinya dari sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mereka berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ. — أخرجه النسائي 4/205 وأبو داود وصححه الألباني في صحيح أبي داود 2/462.
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sembilan dzulhijjah, hari Asy-Syura, dan tiga hari setiap bulan. Senin pertama setiap bulan dan dua kamis..”(HR.an-Nasaai dan Abu dawud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud)
2.Takbir
Disunnahkan memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih. Dan mengeraskan suara dengan hal tersebut di majid-masjid, rumah-rumah, jalan-jalan, dan tempat-tempat yang diperbolehkan di situ disebut nama Allah dalam rangka menunjukkan ibadah, dan mengumumkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala. Akan tetapi yang mengeraskan suara adalah laki-laki, adapunn wanita maka mereka melirihkan suaranya. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman:
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ (الحج: 28 )
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfa’at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak” (QS.Al-Hajj:28)
Dan jumhur ulama mengatakan bahwa hari yang ditentukan adalah hari yang sepuluh (dzulhijjah) sebagaimana telah datang keterangan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma {hari-hari yang ditentukan: hari yang sepuluh}.Adapun bentuk takbir adalah:

الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله، والله أكبر ولله الحمد 
Akan tetapi masih ada bentuk-bentuk takbir yang lain.
Dan takbir pada hari-hari itu pada zaman kita sekarang menjadi salah satu sunah yang ditinggalkan, lebih-lebih di sepuluh hari pertama, hampir-hampir kita tidak bisa mendengar takbir itu kecuali dari sedikit orang. Maka hendaknya mengeraskan suara dengan takbir ini dalam rangka menghidupkan sunah dan mengingatkan orang-orang yang lalai. Dan telah datang riwayat dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma bahwa keduanya keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah dengan bertakbir sehingga manusia bertakbir dengan sebab takbir beliau berdua. Maksudnya adalah bahwa manusia teringat takbir sehingga masing-masing mereka mulai bertakbir sendiri-sendiri, dan bukan dengan takbir bersam-sama (jama’i) dengan satu suara yang hal itu tidak disyariatkan.
Sesungguhnya menghidupkan sunnah yang hilang atau hampir hilang terdapat pahala yang besar, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي ، فَإِنَّ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا  (من أحيا سنة من سنتي قد أميتت بعدي فإن له من الأجر مثل من عمل بها من غير أن ينقص من أجورهم شيئا) أخرجه الترمذي 7/443 وهو حديث حسن لشواهده
“Barang siapa yang menghidupkan sunah dari sunah-sunahku yang telah mati maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka”(HR.tirmidzi, hadits hasan karena syawahidnya)
3.Memperbanyak amal shalih secara umum
Karena amal shalih dicintai oleh Allah dan ini mengharuskan besarnya pahala di sisi Allah. Maka siapa saja yang tidak mampu untuk haji maka hendaklah memakmurkan waktu-waktu yang mulia ini dengan memperbanyak ketaatan kepada Allah Ta’ala seperti shalat, membaca Al-Quran, dzikir, berdo’a, sedekah, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahim, amar ma’ruf nahi munkar dan lain-lain dari jalan-jalan kebaikan dan ketaatan.
5.Berkurban
Salah satu amal shalih sepuluh hari ini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih binatang kurban, dan membagikannya kepada orang lain.
6.Taubat nasuha
Yang ditekankan untuk dilakukan pada sepuluh hari ini adalah bertaubat kepada Allah dan meninggalkan maksiat dan seluruh dosa. Taubat adalah kembali kepada Allah dan meninggalkan hal-hal yang dibenci Allah secara lahir dan batin, menyesal terhadap dosa yang telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut serta istiqamah di atas kebenaran dengan melakukan hal-hal yang dicintai Allah.
Dan wajib bagi seorang muslim jika berlumuran maksiat untuk segera bertaubat seketika itu juga tanpa menunda, karena:
1.Dia tidak tahu kapan dia mati
2.Kemaksiatan menyebabkan/mengundang saudaranya (kemaksiatan-kemaksiatan) yang lain.
Maka hendaklah seorang muslim bersemangat pada waktu-waktu yang baik karena waktu tersebut cepat sekali berlalu, dan hendaklah mempersembahkan untuk dirinya sendiri amal shalih yang akan dia dapatkan pahalanya adalah hal yang paling dibutuhkan olehnya (di akherat)
[فإن الثواب قليل، والرحيل قريب، والطريق مُخْوِف، والاغترار غالب، والخطر عظيم، والله تعالى بالمرصاد وإليه المرجع والمآب
“Maka sesungguhnya pahala itu sedikit, kiamat itu dekat, jalannya menakutkan, tipu daya setan kuat dan bahayanya besar. Dan Allah Maha Mengawasi dan kepada-Nya lah tempat kembali”
{فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ } [الزلزلة: 7، 8]
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. ِAz-Zalzalah:7-8)
Dan keuntungan yang besar adalah dengan memanfaatkan kesempatan di sepuluh hari yang agung ini, yang tidak ada gantinya dan tidak bisa dinilai dengan harga. Bersegeralah beramal sebelum datangnya ajal/kematian, sebelum menyesal orang-orang yang lalai terhadap apa yang dia lakukan sebelum dia meminta untuk dikembalikan (ke dunia saat dia telah mati) tetapi tidak dikabulkan, sebelum kematian menghalangi dia dengan cita-cita dan tujuannya dan sebelum kita tertahan dilubang kuburan oleh amalan-amalan yang kita lakukan di dunia.
(Sumber :Fadhlu al-‘Asyr min Dzulhijjah, syaikh Shalih al-Munajjid dan “Hattaa laa Nakhsar fi al-‘Asyr min Dzulhijjah”, syaikh ‘Adil bin ‘Abdil‘Aziz al-Mihlawi. Diterjemahkan dengan sedikit perubahan oleh Abu Yusuf Sujono)